Minggu, 03 Maret 2019

Kiara Hati. Menulis. Tertulis. Sendu. Merindu.

"Memilih jalan yang berliku atau yang lurus?" Gumamnya dalam hati, sambil ragu mengernyitkan dahi yang sudah kusam karena terlalu lama menunggu bis. "Padahal aku banyak dinasehati oleh ibu dan bapak tentang sebuah pilihan. Ternyata segala sesuatu yang orang tua sarankan adalah yang terbaik untuk anaknya."
-
Waktu itu ibukota sangat panas, ramai, macet dan begitu memuakkan penglihatanku. Mau bagaimana lagi, kerasnya kehidupan setelah melenggang dari bangku perkuliahan 10 tahun lalu begini adanya. Kalau bisa saling sikut bahkan saling seruduk mungkin sudah kulakukan, tapi aku ini manusia, selayaknya bertindak ya sebagai manusia saja, jangan keluar dari kodratnya. "Kalau begini aku pergi saja ya ke hutan, malah lebih enak. Hirup udara segar, bisa lihat yang hijau-hijau. Ga kayak disini cuma bisa liat besi berjalan." Tandasnya. Sudah 30 menit menunggu sambil berdiri, tidak ada bis 03 yang lewat. Aku memilih 03 karena bis itu yang akan melewati tempat tujuanku. Hari ini aku akan ke rumah bapak dan ibu, sekedar melepas rindu dan juga inginkan restu.
-
Aku Kiara, sudah 30 tahun aku menghirup udara di dunia, aku rasa 30 tahun adalah umur yang di anggap aneh ketika belum mendapatkan pendamping. Ah tapi aku rasa itu pemikiran yang kolot. Belum lagi kalau yang mengatakan itu adalah keluargaku sendiri, kali ini aku sudah menyiapkan beberapa tameng diri jikalau saja ada yang melayangkan pertanyaan tentang pendamping. Tetap saja, di perjalanan menuju ke rumah ibu dan bapak rasa hati sudah ga karuan. Takut ini dan itu, takut lagi kalau aku mengecewakan mereka, aku ini belum jadi apa-apa hanya seorang pekerja yang mencoba memenuhi kantong kecilnya. "Berharap yang baik-baik sajalah, jangan membayangkan yang tidak ingin untuk terjadi" bisikku.
-
"Assalamualaikum, pak bu."
.......